Sebuah batu bata menghantam pintu mobil seorang pengusaha. Dia menginjak rem untuk berhenti dan memeriksa apa yang terjadi.

Dengan marah, pria itu turun dan meraih anak laki-laki terdekat dan berteriak, “Apa itu? Apa yang telah kau lakukan pada mobilku? Kenapa kau melakukan itu?” Bocah itu sangat ketakutan tetapi dengan sangat sopan ia meminta maaf.

“Maaf pak. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi,” katanya. “Saya harus melempar batu bata karena tidak ada orang lain yang berhenti untuk membantu saya.”

Dengan air mata yang mengalir di pipinya. Dia menunjuk ke arah tepi jalan dan berkata “itu saudaraku, dia terguling ke depan dan jatuh dari kursi roda. Dia terluka parah. Saya tidak bisa mengangkatnya sendirian.”

Anak laki-laki yang menangis itu bertanya kepada pria itu, “Bisakah Anda membantu saya membawanya kembali ke kursi rodanya? Dia terluka dan terlalu berat untukku.”

Pria itu dengan cepat mengangkat anak laki-laki yang jatuh itu dan mengembalikannya ke kursi roda. Dia juga membantu bocah itu dengan mengobati memar dan lukanya.

Ketika dia pikir tugasnya sudah selesai dan semuanya akan baik-baik saja, dia kembali ke mobilnya.

“Terima kasih, Pak, dan Tuhan memberkati Anda,” kata anak laki-laki yang bersyukur itu. Pria muda itu terlalu kaget untuk mengucapkan sepatah kata pun. Dia sempat melihat ke pintu mobilnya yang menggembung. Kerusakannya sangat terlihat, tetapi dia merasa tidak perlu repot-repot memperbaikinya.

Dia akan membiarkannya untuk mengingatkannya akan sebuah pesan hidup, “Jangan menjalani hidup begitu cepat sehingga seseorang harus melemparimu dengan batu bata untuk mendapatkan perhatianmu.”

Moral: Hidup seringkali terlalu sibuk dan berisik sehingga sulit bagi kita untuk mendengarkan kata hati. Terkadang saat kita tidak mendengarkannya, dia melempari kita dengan batu bata. Adalah pilihan kita untuk mendengar bisikan atau menunggu batu bata.

(diadaptasi dari https://www.developgoodhabits.com/inspirational-stories/)

Cerita Inspiratif lain..

Membersihkan Cangkang Kura-Kura

Perumpamaan tentang Pasta Gigi

Katak yang Jatuh ke dalam Panci

Permen dan Kelereng