Istilah bully atau perundungan sudah tidak asing lagi di telinga kita. “Aku sering di bully di sekolah, makanya aku jadi begini”, “Aku sering melihat temanku di bully sama temanku yang lain” atau “Aku ini korban Bully, makanya aku sekarang takut bicara sama orang yang baru.” Beberapa kalimat tersebut mungkin pernah kita dengar. Namun, apa sebenarnya definisi dari bullying atau perundungan?

Bullying adalah bentuk perilaku agresif dimana seseorang dengan sengaja dan berulang kali menyebabkan cedera atau ketidaknyamanan orang lain (American Psychological Association, t.t.). Dari definisi tersebut terdapat 3 kata kunci: Pertama, bullying adalah perilaku agresif. Kedua, bahwa perilaku agresif tersebut adalah perilaku yang bertujuan membahayakan atau membuat orang lain tidak nyaman. Ketiga, bullying adalah perilaku yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang.

Dengan demikian, apabila terdapat teman atau orang lain secara sengaja memukul  akibat ia emosi namun hanya sekali di kejadian tertentu saja, maka hal tersebut tidak termasuk perilaku bullying. Atau ketika seorang teman berkata kasar namun tidak berintensi untuk menyakiti orang lain maka perilaku tersebut juga tidak termasuk perilaku bullying.

Setelah kita mengetahui definisi dari Bullying, kita juga perlu mengetahui adanya 3 pihak yang memiliki peran yang sangat penting dalam peristiwa Bullying, yaitu Pelaku, Korban dan Saksi.

Pelaku

Seseorang melakukan bullying biasanya disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain sebagai berikut:

  • * pelaku sebenarnya merupakan korban bully dari orang lain
  • * pelaku meniru perilaku buruk orang dewasa
  • * pelaku bertujuan untuk menarik perhatian
  • * ingin terlihat superior
  • * perilaku bully-nya adalah untuk melakukan balas dendam atas kekalahannya dan melampiaskan kemarahannya.

Guru BK maupun orang tua perlu tahu motif dari pelaku sebelum dapat memberikan  pendampingan yang tepat untuk pelaku agar memperbaiki perilakunya.

Korban

Seseorang yang biasanya menjadi korban bully memiliki pola atau ciri-ciri tertentu. Biasanya korban adalah individu yang unik dan berbeda dari biasanya. Keunikan tersebut bisa dalam bentuk fisik, perilaku atau mental. Korban bisa juga merupakan orang yang cenderung sensitif, tidak pandai bergaul dan juga cenderung tidak bisa membela dirinya.

Saksi

Saksi adalah orang yang melihat dan menyadari terjadinya bullying. Terdapat saksi yang juga ikut melakukan bullying kepada korban. Biasanya saksi juga takut dengan pelaku dan oleh karena ia tidak mau di-bully juga maka ia ikut melakukan bullying terhadap korban. Namun, ada juga saksi yang hanya melihat dan tidak melakukan apa-apa. Hal tersebut disebabkan karena ia merasa bahwa adalah wajar kalau peristiwa tersebut terjadi pada korban atau malas terlibat.

Mencegah Bullying di Sekolah

Oleh karena perilaku bully banyak terjadi di sekolah maka berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah bullying di sekolah:

  1. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif. Ini berarti menciptakan lingkungan sekolah di mana setiap orang merasa aman dan dihormati.
  2. Menginformasikan pada peserta didik tentang bullying. Siswa perlu diajari tentang berbagai bentuk intimidasi dan cara menghadapinya.
  3. Mendorong para saksi untuk melakukan aksi intervensi. Mereka dapat memainkan peran penting dalam mencegah bullying dengan berbicara atau melaporkannya kepada orang dewasa yang tepercaya. Antara lain adalah guru BK atau orang dewasa lain yang dipercaya.
  4. Memberikan dukungan bagi korban. Korban bullying membutuhkan dukungan dari teman sebaya, guru, dan orang tua. Dukungan ini dapat membantu mereka mengatasi efek emosional dan psikologis dari intimidasi.

Dengan pemahaman, pencegahan, dan pendampingan yang tepat terhadap pihak-pihak yang terkait dengan bullying, diharapkan jumlah kasus bullying di sekolah semakin menurun setiap tahunnya.  Kita tidak bisa dikatakan melawan bullying apabila kita tidak melakukan apa-apa.

“You can’t be against bullying without actually doing something about it.”

-Randi Weingarten-

Penulis: Indra Tanuwijaya, M.Psi., Psikolog

Daftar Pustaka dan Referensi:

American Psychological Association. (t.t.). Bullying. Diakses dari https://www.apa.org/topics/bullying

Smith, P. K., Pepler, D. J., & Rigby, K. (2004). Bullying in schools: How successful can interventions be? Cambridge, UK: Cambridge University Press.

Tim Penyusun. (2017). Seri Pendidikan Orangtua: Ayo, Bantu Anak Hindari Perundungan. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Diakses dari https://repositori.kemdikbud.go.id/4944/1/AYO%20BANTU%20PERUNDUNGAN%20siap.pdf

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!