Rasa cemas pada dasarnya adalah emosi yang wajar, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Sebab, cemas adalah alarm alami yang menjadi petunjuk agar kita bersiap-siap merespon sesuatu. Namun, ternyata ada juga kecemasan yang tidak wajar.

Kecemasan yang tidak wajar bisa jadi adalah gejala untuk kondisi mental yang lebih serius. Oleh sebab itu, orang tua maupun orang dewasa lain yang mendampingi tumbuh kembang anak perlu untuk memahami perbedaan cemas yang wajar dan tak wajar pada anak.

Dengan demikian, anak dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat apabila memang membutuhkan.

Apa itu Kecemasan?

Seperti disebutkan sebelumnya, kecemasan adalah bentuk emosi wajar yang muncul ketika kita sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi sesuatu. Cemas membuat kita lebih waspada karena memperkirakan hal buruk mungkin akan terjadi.

Pada anak-anak, kecemasan dapat muncul dalam beberapa bentuk. Antara lain adalah menjadi lekas marah, sulit tidur, gelisah, hingga mengalami gejala fisik seperti sakit kepala atau perut (ADAA).

Indikator kecemasan wajar dan tak wajar dapat berbeda-beda pada tiap komunitas (Al-Biltagi, et al, 2016). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya antara lain adalah budaya, jenis kelamin, dan bentuk kecemasan.

Sebagai contoh adalah pada budaya tertentu, anak perempuan mungkin mendapatkan toleransi lebih untuk mengekspresikan kecemasannya dibandingkan dengan anak laki-laki. Sehingga, ekspresi yang dianggap wajar pada anak perempuan, menjadi tidak wajar ketika ditampilkan oleh anak laki-laki.

Walau demikian, tetap ada tanda-tanda umum dimana orang tua atau orang dewasa lain yang mendampingi anak dapat mengenali kecemasan yang wajar dan tidak wajar.

Kecemasan yang Wajar

Berikut ini adalah beberapa tanda kecemasan yang wajar pada anak. Ketika anak menunjukkan beberapa tanda ini, orang tua cukup memberikan respon yang bijak:

1. Realistis

Al-Biltagi, et al (2016) mengungkapkan bahwa tanda yang pertama adalah apabila ekspresi cemas muncul pada situasi yang secara realistis memang dapat memicu kecemasan. Contohnya adalah seorang anak pernah dikejar anjing. Anak tersebut kemudian menjukkan gejala kecemasan setiap kali berpapasan dengan anjing.

2. Tidak Mengganggu Aktivitas Sehari-Hari

Tanda yang kedua adalah jika ekspresi kecemasan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Jadi, anak tetap beraktivitas dengan normal walaupun pada kondisi tertentu ia menunjukkan kegelisahan.

Misalnya, anak tetap pada jadwal hariannya untuk pergi sekolah dan tempat les. Kecemasan tidak menjadi hambatan atau penghalang dalam kesehariannya.

3. Tidak Mempengaruhi Kapasitas Sosial

Ciri ketiga kecemasan yang wajar pada anak adalah bahwa anak tidak mengalami hambatan dalam bersosialisasi. Anak tetap berteman dan menikmati waktunya untuk berkumpul dan bermain bersama teman-temannya walaupun sesekali ia menampilkan tanda adanya kecemasan.

4. Segera Pulih Ketika Pemicu Tidak Ada

Tanda keempat adalah bahwa ekspresi rasa cemas segera pulih atau menghilang ketika pemicunya sudah tidak ada. Kembali pada contoh anak yang takut pada anjing. Kecemasan anak wajar ketika ekspresi cemasnya segera menghilang begitu anjing yang menjadi pemicunya sudah tidak ada.

Kecemasan Tidak Wajar

Di sisi lain, berikut adalah beberapa gejala kecemasan tak wajar pada anak yang perlu orang tua waspadai:

1. Mengganggu Aktivitas Sehari-Hari

Goodwin (2023) menyatakan bahwa kecemasan pada anak menjadi tak wajar jika hal tersebut mulai mengganggu aktivitas sehari-hari anak. Misalnya, anak menolak untuk berangkat sekolah, enggan makan, hingga mengalami sulit tidur.

Jika hal ini terjadi, artinya anak benar-benar mulai kehilangan kesejahteraan mental. Ada sesuatu yang menganggunya sehingga orang tua perlu segera membantu anak mengatasi kecemasannya ini.

2. Memburuk Seiring Waktu

Kecemasan yang normal adalah yang kecemasan pada obyek yang sesuai dengan tingkat usia. Sebab kita ketahui, bahwa hal yang dulu membuat kita merasa cemas mungkin saat ini sudah bukan hal yang serius. Misalnya, seiring bertambahnya usia, kita sudah tidak merasakan cemas ketika harus berbicara dihadapan orang banyak.

Jadi, apabila anak menunjukkan tanda-tanda kecemasan pada suatu obyek dan justru memburuk seiring waktu, bukannya memudar, orang tua wajib waspada.

Contohnya adalah anak usia TK menujukkan tanda kecemasan ketika berada pada situasi gelap. Normalnya, kecemasan ini akan memudar seiring waktu ketika anak semakin bertambah usia. Menjadi tidak normal jika ekspresi kecemasan anak justru bertambah parah.

3. Gangguan pada Fungsi Sosial

Kecemasan yang tidak wajar pada anak dapat mengganggu fungsi sosialnya. Al-Biltagi, et al (2016) menekankan bahwa anak-anak yang menjukkan gejala kecemasan tidak wajar akan menjadi kesulitan dalam berteman.

Anak-anak bisa cenderung menarik diri dan sulit untuk berbaur. Ia nampak tidak menikmati waku bermainnya bersama teman-teman.

4. Kesulitan Meredakan Cemas Ketika Pemicu Tidak Ada

Tanda selanjutnya yang perlu orang tua waspadai adalah jika gejala cemas tidak mereda sekalipun pemicunya sudah tidak ada. Sebagai contoh, anak yang takut gelapan. Tanda-tanda cemasnya tidak memudar walaupun ia sudah berada di ruangan yang gelap.

Jika anak-anak mengalami hal ini, orang tua maupun orang dewasa yang bersama anak perlu mengambil tindakan segera untuk membantu anak.

Apa yang Perlu Dilakukan Ketika Anak Cemas?

Berikut ini adalah beberapa tahapan yang dapat orang tua lakukan untuk membantu anak meredakan kecemasannya:

1. Jelaskan Tentang Kecemasan

Goodwin (2023) mengatakan bahwa langkah pertama yang perlu orang tua lakukan adalah menjelaskan emosi cemas itu sendiri pada anak. Yaitu, bahwa yang anak rasakan adalah cemas yang dipicu oleh sesuatu mungkin ia takutkan.

Setelah itu, jelaskan juga bahwa kecemasan yang dia rasakan saat ini mungkin adalah alaram paslu. Sebab, apa yang ia hadapi sebenarnya tidak seburuk yang ia bayangkan.

2. Hindari Memberikan Perilaku Akomodatif

Penting untuk tidak memberikan perilaku akomodatif untuk menenangkan anak yang sedang cemas. Perilaku akomodatif antara lain adalah menjanjian pada anak bahwa pemicu cemas tidak ada lagi.

Misalnya, ketika anak cemas dan menolak untuk pergi ke sekolah. Orang tua tidak perlu mengakomodasi kecemasan anak dengan mengatakan bahwa ia tidak perlu lagi ke sekolah sehingga tidak perlu cemas.

3. Validasi Perasaan Anak

Langkah berikutnya adalah memvalidasi perasaan anak. Hindari untuk membantah secara langsung bahwa cemas yang anak rasakan tidak realistis. Sebab, seperti kita ketahui bahwa apa yang membuat anak cemas bisa jadi memang hal remeh untuk orang dewasa.

Jika perasaan anak tidak divalidasi, kedepannya ia dapat mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaannya.

4. Dorong dan Beri Penguatan

Setelah itu, orang tua dapat mendorong dan memberi penguatan agar anak mengalahkan sendiri kecemasan yang ia rasakan. Anak perlu membuktikan sendiri bahwa obyek yang membuatnya cemas tidak seburuk yang ia bayangkan.

5. Bekerjasama dengan Ahli

Terakhir, apabila anak masih kesulitan dengan kecemasannya dan mulai menunjukkan tanda-tanda cemas yang tak wajar, orang tua dapat bekerjasama dengan ahli. Ahli yang dimaksud disini adalah guru BK maupun psikolog.

Dengan bantuan ahli, orang tua dapat lebih memahami kondisi anak dan menerima saran maupun rujukan untuk membantu anak.

Tentang hal ini, Goodwin (2023) mengatakan bahwa melatih orang tua untuk menangani kecemasan anak sama efektifnya dengan melakukan terapi kecemasan langsung pada anak. Artinya, orang tua berperan sangat penting untuk membantu anak.

Membantu Anak Berkembang dengan Optimal

Kecemasan yang wajar pada anak dapat menjadi tonggak perkembangan bagi anak. Misalnya, dahulu takut gelap, seiring waktu menjadi lebih berani dan mandiri. Namun, kecemasan yang tidak wajar adalah hal yang wajib orang tua waspadai.

Sebab, kecemasan tidak wajar dapat menjadi penghambat dalam proses perkembangan anak. Kewaspadaan orang tua maupun orang dewasa lain yang mendampingi anak akan membantu anak untuk berkembang dengan optimal.

(SH)

Referensi:

Al-Biltagi, Mohammed, et al (2016) Anxiety Disorder in Children: Review. Journal of Paediatric Care Insight, Vol 1, Issue 1, p18-28. Verizona Publisher. DOI:10.24218/jpci.2016.05.

Goodwin, Cara (2023) How to Help Your Anxious Child. Posted on https://psycologytoday.com. Accessed on Nov 1, 2023.

Anxiety Disorder Association of America (ADDA) Anxiety Disorder in Children. Georgia Avenue. https://adaa.org. Accessed on Nov 1, 2023.

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!