“Anakku sering tantrum kalau tidak dibelikan barang yang ia inginkan.” Kalimat tersebut sering terdengar dari orang tua yang memiliki anak usia TK-SD awal. Atau kita juga seringkali mendengar kalimat seperti, “Duh, lo jangan tantrum gitu donk kalau ga diajak” dari para remaja. Apa sebenarnya definisi dari tantrum?

Definisi Tantrum

Menurut Hockenbury & Hockenbury (2018), tantrum adalah perilaku yang ditandai dengan kemarahan yang intens, kesedihan, atau frustrasi yang disertai dengan perilaku fisik yang berlebihan, seperti berteriak, menangis, melempar barang, atau memukul. Perilaku ini biasanya terjadi pada anak-anak usia 1-4 tahun, tetapi juga dapat terjadi pada anak-anak yang lebih tua atau orang dewasa.

Pada anak kecil, seperti contoh di atas, tantrum biasanya terjadi ketika anak tidak mendapatkan apa yang diinginkannya atau ketika mereka merasa frustrasi atau tidak berdaya. Perilaku ini dapat menjadi cara bagi anak untuk mengekspresikan emosi mereka dan untuk mendapatkan perhatian dari orang tua atau pengasuh mereka.

Selain itu, tantrum juga bisa terlihat pada remaja bahkan orang dewasa. Orang dewasa bisa menunjukkan perilaku tantrum ketika orang tersebut tidak bisa mengelola emosi dan tidak mengetahui cara mengekspresikan emosi dengan cara yang sesuai.

Tantrum dapat menjadi perilaku yang mengganggu. Namun, penting untuk diingat bahwa tantrum adalah hal yang normal pada anak-anak. Ini perlu disadari oleh orang tua karena orang tua seringkali berharap anak bisa mengontrol emosinya. Padahal, anak sebenarnya belum memahami emosinya dan memiliki kapasitas untuk mengontrolnya.

Sebagian besar anak akan berhenti tantrum seiring bertambahnya usia dan belajar cara untuk mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang lebih konstruktif.

Tips Mengatasi Tantrum pada Anak

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua atau pengasuh untuk mengatasi anak kecil yang tantrum, antara lain:

  1. Memvalidasi perasaan anak

Sampaikan kepada anak bahwa orang tua memahami perasaannya dan wajar saja ia merasakan kesedihan atau kemarahan karena ia tidak mendapat apa yang diinginkan.

  • 2. Hindari menghukum atau mengancam anak

Menghukum atau mengancam anak hanya akan membuat mereka semakin marah dan frustrasi. Biasanya anak akan semakin tantrum dan sulit dikendalikan bukan karena ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan melainkan karena perilaku orang tua yang semakin membuat anak frustrasi, sedih, dan marah.

  • 3. Menenangkan anak dan bersikap konsisten

Orang tua dapat mencoba menenangkan anak dengan memeluknya, berbicara dengan mereka dengan lembut, atau mengajak mereka bermain.

  • 4. Menawarkan alternatif

Jika anak tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, orangtua dapat menawarkan alternatif yang dapat diterima.

Tips Menghadapi Remaja dan Orang Dewasa yang Tantrum

Pada prinsipnya, menangani remaja atau orang dewasa yang tantrum juga tidak jauh dari keempat poin di atas. Remaja atau orang dewasa yang tantrum perlu divalidasi perasaannya. Menunjukkan bahwa kita memahami perasaannya, tidak diberikan penilaian terhadap perilakunya, dan berusaha menenangkannya.

Jika perilaku tantrum, baik anak maupun orang dewasa, terjadi terlalu sering dan terindikasi membahayakan diri sendiri atau orang lain, maka diperlukan konsultasi dengan tenaga professional seperti psikolog.

Referensi dan Daftar Pustaka:

Forehand, R., & Long, N. (2002). Parenting the Strong-Willed Child: The Clinically Proven Five-Week Program for Parents of Two- to Six-Year-Olds. McGraw-Hill Education.

Greene, R. W. (2014). The Explosive Child: A New Approach for Understanding and Parenting Easily Frustrated, Chronically Inflexible Children. Harper Paperbacks.

Hockenbury, D. H., & Hockenbury, S. E. (2018). Psychology. Boston, MA: Pearson Education.

Penulis: Indra Tanuwijaya, M.Psi, Psikolog (Psikolog Jenjang SMP-SLTA BPK PENABUR Jakarta)

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!