Mendampingi perkembangan seksualitas peserta didik di tengah pengaruh dunia digital menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga pendidik. Mereka perlu memenangkan perlombaan melawan derasnya arus informasi yang menyerang peserta didik saat ini. 

Tantangan ini disadari oleh Seksi BK dan Psikoedukatif BPK PENABUR Jakarta menggelar Counselors’ Fair 2023 pada Sabtu (25/11) dengan talkshow “Peran Guru BK dalam Memberikan Pemahaman Perkembangan Seksualitas Peserta Didik di Tengah Pengaruh Dunia Digital”. Talkshow tersebut membahas bagaimana sebagai seorang guru BK sebagai konselor harus mampu mendampingi peserta didik secara tepat di masa keingintahuan mereka terkait pemahaman perkembangan seksualitas.  

“Dengan adanya talkshow ini, kami harapkan guru BK dapat membimbing peserta didik terkait bagaimana dan apa yang harus dilakukan oleh anak-anak agar dapat berkembang serta bertumbuh secara utuh, dan sehat secara jasmani dan rohani.” ujar moderator membuka talkshow.

Talkshow yang diikuti oleh 245 guru BK BPK PENABUR di 15 kota yang bertempat di Aula SMAK 1 PENABUR dan Zoom Meeting menghadirkan narasumber Dr. Esther Widhi Andangsari, M.Si., Psikolog dan Greta Vidya Paramita, M.Psi., Psikolog. 

Greta, yang merupakan seorang praktisi, peneliti, dan dosen psikologi, menjelaskan perbedaan antara seks dengan seksualitas. Seks hanya bersifat fisik saja, sedangkan seksualitas lebih kompleks karena berkaitan dengan perubahan fisik, mental, dan lain sebagainya. 

Menurut Greta, memberikan pemahaman pendidikan seksualitas kepada peserta didik tidak cukup hanya terpaku pada satu cara saja. “Mengajarkan pengaplikasian pendidikan seksualitas di sekolah harus didasarkan pada umur peserta didik. Cara pengaplikasian antara jenjang SD, SMP, maupun SMA itu berbeda. Misalnya, untuk anak SD, di mana mereka berada pada tahap ingin mengeksplorasi alat kelamin, sebagai seorang konselor, guru BK harus dapat mendampingi dan memastikan bahwa peserta didik tetap pada jalurnya untuk bereksplorasi.” tambah Greta. 

Menghubungkannya dengan gempuran informasi digital, Esther sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh BPK PENABUR Jakarta. Dunia digital menawarkan kemudahan akses informasi tanpa batas, termasuk bagi peserta didik. “Derasnya informasi di dunia digital tidak dapat kita tolak atau cegah, yang dapat kita lakukan sebagai pendidik terkhususnya guru BK adalah melatih anak-anak untuk dapat berpikir secara kritis, terutama saat adanya informasi yang mereka terima dari internet.” jelas Esther. 

Pada akhir sesi, Greta berpesan kepada Guru BK untuk menjadi konselor yang mencintai peserta didik, sehingga mereka akan merasa nyaman dengan guru BK di sekolah.

Selain talkshow, acara ini juga menghadirkan 8 kelas Kapita Selekta, yang bisa dipilih sesuai kebutuhan dan tantangan yang dihadapi guru BK, yaitu:

  1. “Memahami Teknik-Teknik Modifikasi Perilaku dalam Menangani Permasalahan Peserta Didik” oleh Jovita Adyarani Murhanjati, S.Psi., M.Psi., Psikolog
  2. “Peran Guru BK dalam Penentuan Profesi di Era Digital” oleh Robbani Alfan, S.T., M.Pd 
  3. “Tips Memaksimalkan Potensi Generasi Z dan Alpha” oleh Dr. Mona Sugianto, M.Psi, Psikolog
  4. “Pertolongan Pertama terhadap Isu Kesehatan Mental” oleh Arum Septi Mawarni, M.Psi., Psikolog, CH., CHT
  5. “Penanganan Pelaku dan Korban Bullying” oleh Gracia Mayuni Semeru, M.Psi.,  Psikolog
  6. “Pergeseran Pola Sosialisasi Peserta Didik di Masa Endemi” oleh Pinkan Margaretha Indira, M.Psi., Psikolog, CEC
  7. “Mendampingi Peserta Didik dengan Pendekatan Humanistik” oleh Caroline Lisa Setia Wati, M.Pd, Kons
  8. “Online vs Onsite : Pengelolaan Diri Guru BK” oleh Rachel Chalista F. De Harsa, M.Psi., Psikolog

Gisela Winda, guru BK SMAK PENABUR Kota Jababeka, bersyukur atas penyelenggaraan kegiatan ini. “Saya berterima kasih sekali atas Counselors’ Fair 2023 ini, karena tema-tema yang diangkat benar-benar relate dengan kegalauan guru BK dalam menghadapi anak-anak Gen Z. Kita jadi tahu harus seperti apa menghadapi anak-anak.”.

Gisela memilih topik Kapita Selekta “Pertolongan Pertama terhadap Isu Kesehatan Mental” karena melihat anak-anak zaman sekarang terlebih yang dihadapinya di sekolah riskan sekali untuk melakukan self diagnose. “Jadi, dengan memilih tema ini saya berharap dapat memahami dan meluruskan ketika anak-anak sudah mulai self diagnose.” tutup Gisela.

Sumber: https://bpkpenabur.or.id/156247

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!