Setiap tahun masyarakat keturunan Tionghoa selalu merayakan tahun baru Imlek. Imlek identik dengan simbol-simbol, seperti warna merah, angpao, barongsai, kue, makanan, petasan, dan shio. Simbol-simbol tersebut memiliki makna masing-masing yang diyakini oleh masyarakat Tionghoa sebagai harapan atau tanda untuk mengantisipasi sesuatu.
Tak hanya sekedar tradisi, perayaan Imlek ternyata memiliki dampak positif bagi masyarakat yang merayakannya. Imlek biasanya dirayakan dengan berkumpul bersama keluarga, makan makanan khas Imlek, dan menyalakan petasan.
Keluarga besar akan berdiskusi menentukan hari pertemuan, biasanya di malam sebelum Imlek atau di hari Imlek. Tujuan pertemuan ini adalah untuk saling mengucapkan selamat tahun baru Imlek sekaligus menjadi kesempatan untuk menanyakan kabar satu sama lain.
Tradisi semacam ini dapat meningkatkan rasa kebersamaan, kekeluargaan dan mempererat tali silaturahmi. Walaupun saat ini kita sudah bisa bertemu secara virtual, namun pertemuan secara langsung pada momen Imlek memiliki dampak dan kesan yang khusus dan berbeda dari pertemuan secara virtual.
Imlek merupakan simbol awal yang baru. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa di tahun yang baru, mereka akan mendapatkan keberuntungan dan kesuksesan. Hal ini dapat meningkatkan harapan mereka akan masa depan yang lebih baik.
Menurut American Psychological Association (2015), harapan adalah ekspektasi bahwa seseorang akan mendapatkan pengalaman positif atau situasi yang berpotensi mengancam/negatif tidak akan terwujud atau pada akhirnya akan menghasilkan keadaan yang menguntungkan. Harapan berpengaruh pada motivasi, optimisme, energi positif, toleransi seseorang terhadap kesulitan, kemampuan pemulihan dari kondisi yang terpuruk, dan akhirnya pada kualitas hidup seseorang (Snyder,2022).
Adanya harapan yang dimiliki oleh masyarakat yang merayakan Imlek membuat mereka cenderung lebih bersemangat kembali menjalani hidup. Walaupun mungkin pada kenyataannya, mereka tidak luput dari permasalahan yang akan ditemui pada tahun yang baru.
Ritual-ritual Imlek, seperti membersihkan rumah sebelum Imlek atau memberikan angpao juga menyiratkan harapan. Mereka percaya bahwa kekurang-beruntungan di tahun yang lalu bisa hilang di tahun yang baru dan dengan memberikan berkat kepada orang lain (angpao). Maka, di tahun yang baru berkat yang lebih melimpah juga akan didapat. Semua tradisi tersebut diturunkan dari generasi ke generasi sampai dengan sekarang.
Dampak perayaan Imlek sudah pernah diteliti Wen-Jie Xu, Xi Chen, dan Yi-Ping Chen pada tahun 2021. Mereka melakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara perayaan Imlek dengan psychological well-being (kesejahteraan psikologis) pada masyarakat Amerika keturunan Tionghoa.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan sampel sebanyak 200 orang dewasa Tionghoa Amerika. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mengukur kesejahteraan psikologis dan partisipasi mereka dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi dalam perayaan Tahun Baru Imlek secara signifikan berhubungan dengan kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi.
Partisipasi dalam perayaan Tahun Baru Imlek dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis seseorang karena; (1) meningkatkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan, (2) meningkatkan rasa kebahagiaan juga harapan, dan (3) meningkatkan pemahaman tentang identitas dan jati diri.
Selamat merayakan Imlek untuk pembaca yang merayakannya. Semoga di tahun yang baru kita menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Gōngxǐ- Gōngxǐ….
Daftar Pustaka dan Referensi:
American Psychological Association. (2015). APA Dictionary of Psychology Second Edition. Washington DC: American Psychological Association
Snyder, C. R. (2002). Hope theory: Rainbows in the mind. Psychological Inquiry, 13(4), 249-275.
Xu, W.-J., Chen, X., & Chen, Y.-P. (2021). The relationship between Chinese New Year celebration and psychological well-being among Chinese Americans. Journal of Cross-Cultural Psychology, 52(2), 283-297.
Penulis: Indra Tanuwijaya, M.Psi, Psikolog (Psikolog Jenjang SMP – SLTA BPK PENABUR Jakarta)
Baca artikel lainnya…
- Tantangan dan Tips Mendampingi Generasi Z
- Apakah Momentum untuk Membuat Resolusi Tahun Baru Sudah Lewat?
- Delayed Gratification VS Instant Gratification
- Mengenal Tantrum pada Anak, Remaja, dan Orang Dewasa
Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!